Dulu saat usia remaja, Fiza menggeluti banyak olah raga. Dia sempat menjadi atlet sepatu roda dan tergabung dalam Miracle Roller Skate, juga perguruan pencak silat Tapak Suci. Fiza juga sempat menggeluti bowling, tapi terhenti karena arenanya dijadikan fresh market.
Masa kecil Fiza juga sarat dengan kenakalan-kenakalan. Fiza pernah nyaris digunduli orangtuanya dan piala kemenangannya dibuang ke sumur. Saat itu kata dia, tahun 1985. Lagi marak-maraknya breakdance di Makassar. Fiza mengikuti kontes breakdance se-Sulsel saat itu, dan dari sekian banyak peserta cuma Fiza satu-satunya peserta wanita.
Setelah melewati dua kali babak penyisihan, Fiza akhirnya terpilih sebagai juara pertama dan beritanya dimuat di koran. "Ayah saya membaca berita kemenangan saya di koran, beliau bukannya bangga, malah memanggil saya, dan mencambuk saya sejadi-jadinya. Bahkan beliau nyaris menggunduli saya jika saja saya tidak mengambil langkah seribu," kisahnya.
Fiza mengaku ayahnya memang sangat keras dan fanatik. Saat itu ayah Fiza menganggap Breakdance itu budaya barat, dan menari di jalan ditontoni banyak orang seperti mengamen. "Padahal saya tidak pernah menari di jalan seperti teman-teman lain. Saya cuma menonton melihat di televisi. Latihan di rumah dan ikut pertandingan, dan menang. Tapi itulah ayah saya yang almarhum sejak tahun 1994, kadang kadang saya rindu dengan kefanatikannya," ungkap Fiza.
0 Komentar:
Posting Komentar