ada berjuta rasa berseliweran dalam dada ini. Gara-garanya pagi hari aku baca email tentang kisah CEWEK BOTAK, lalu malamnya aku pergi nonton film dengan temanku Rina judulnya “Tentang Cinta”.Aku tertarik dengan pemain yang memainkan peran sebagai Audy yang BOTAK alias gundul abis juga, karena chemo therapy kepalanya menjadi botak.
Saat itu temenku spontan tersenyum dan berkata “Bo (panggilan sayangnya untukku) mirip lo waktu di rumah sakit” Aku cuma tersenyum saja, “ Iya, gw dulu juga botak, tapi gw jauh lebih beruntung dari dia, ini masih bisa tumbuh lagi (sambil kuelus rambut dikepalaku yang sudah 5 cm sekarang) dan aku tidak terkena kanker, he..he…” Kami berdua cuma cekikikan sebentar padahal sebelumnya abis melelehkan air mata (abis filmnya sedih sih he..he.. Ceritanya bagus. “Cinta tidak buta tapi memahami!” itu pelajaran baik yang dapat kupetik dari film itu. Lagi-lagi aku terkejut.
Aku di BOTAKIN karena harus menjalani operasi pembuluh darah di otakku karena kecelakaan 10 Juli yang lalu. Tapi sekarang aku sudah tidak botak lagi, rambutku sudah mulai tumbuh lagi meski baru beberapa centimeter saja. Dan belajar untuk menyukai model rambut cepak ini. Bekerja setiap hari tanpa memakai wig. Ya, kapan lagi menikmati pengalaman jadi cewek BOTAK dan sekarang jadi cewek cepak.
Ya sudah dinikmati saja.
Tak akan pernah kulupa, pengalamanku waktu masih botak dulu. Saat pergi keluar rumah, lupa memakai topi atau syal, memang agak menjadi risih karena selalu jadi perhatian banyak orang. Lebih risih lagi kalau diteriakin “Gundul..gundul….!” oleh beberapa anak-anak kecil dekat rumah. He..he…jadi lucu kalau ingat itu.
Janji – a touching story from India
(Kisah seorang cewek yang rela dibotakin demi sahabatnya)
Saat itu temenku spontan tersenyum dan berkata “Bo (panggilan sayangnya untukku) mirip lo waktu di rumah sakit” Aku cuma tersenyum saja, “ Iya, gw dulu juga botak, tapi gw jauh lebih beruntung dari dia, ini masih bisa tumbuh lagi (sambil kuelus rambut dikepalaku yang sudah 5 cm sekarang) dan aku tidak terkena kanker, he..he…” Kami berdua cuma cekikikan sebentar padahal sebelumnya abis melelehkan air mata (abis filmnya sedih sih he..he.. Ceritanya bagus. “Cinta tidak buta tapi memahami!” itu pelajaran baik yang dapat kupetik dari film itu. Lagi-lagi aku terkejut.
Aku di BOTAKIN karena harus menjalani operasi pembuluh darah di otakku karena kecelakaan 10 Juli yang lalu. Tapi sekarang aku sudah tidak botak lagi, rambutku sudah mulai tumbuh lagi meski baru beberapa centimeter saja. Dan belajar untuk menyukai model rambut cepak ini. Bekerja setiap hari tanpa memakai wig. Ya, kapan lagi menikmati pengalaman jadi cewek BOTAK dan sekarang jadi cewek cepak.
Ya sudah dinikmati saja.
Tak akan pernah kulupa, pengalamanku waktu masih botak dulu. Saat pergi keluar rumah, lupa memakai topi atau syal, memang agak menjadi risih karena selalu jadi perhatian banyak orang. Lebih risih lagi kalau diteriakin “Gundul..gundul….!” oleh beberapa anak-anak kecil dekat rumah. He..he…jadi lucu kalau ingat itu.
Janji – a touching story from India
(Kisah seorang cewek yang rela dibotakin demi sahabatnya)
Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, "Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan."
Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya,namanya Sindu tampak ketakutan air matanya mengalir. Di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice). Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada "cooling effect".
Aku mengambil mangkok dan berkata, "Sindu sayang, demi Ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama Ayah."
Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku. Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata, "Boleh ayah akan aku makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok, tapi semuanya akan aku habiskan, tapi aku akan minta..." Agak ragu2 sejenak... "...Akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaanku?"
Aku menjawab, "Oh pasti sayang". Sindu tanya sekali lagi, "Betul Ayah?". "Yah pasti.." sambil menggenggam tangan anakku yang kemerahmudaan dan lembut sebagai tanda setuju. Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama,istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, "Janji!" kata istriku. Aku sedikit khawatir dan berkata: "Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang."
Sindu menjawab,"Jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok."
Kemudian Sindu makan dengan perlahan-lahan. Dan kelihatannya sangat menderita
dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya. Setelah Sindu melewati penderitaannya dia mendekatiku dengan mata penuh harap.Semua perhatian (aku ,istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.
Ternyata Sindu mau kepalanya DIGUNDULIN! Istriku spontan berkata, "Permintaan gila, anak perempuan dibotakin,tidak mungkin!" Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV. Dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita.
Aku coba membujuk: "Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain?Kami semua akan sedih melihatmu botak." Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, "Tidak ada 'yah, tak ada keinginan lain," kata Sindu.
Aku coba memohon kepada Sindu, "Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami.” Sindu dengan menangis berkata, "Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya aku menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan aku kenapa Ayah sekarang mau menarik perkataan Ayah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala ) untuk memenuhi janjinya raja real memberikan tahta, kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri."
Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "Janji kita harus ditepati." Secara serentak istri dan ibuku berkata, "Apakah aku sudah gila?" "Tidak," jawabku, "Kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri." "Sindu permintaanmu akan kami penuhi."
Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus. Hari Senin aku mengantarnya ke sekolah. Sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku sambil tersenyum. Aku membalas lambaian tangannya. Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak, "Sindu tolong tunggu saya." yang mengejutkanku ternyata kepala anak laki2 itu botak aku berpikir mungkin "botak" model jaman sekarang.
Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata,"Anak anda, Sindu benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia."
Wanita itu berhenti berkata-kata, sejenak aku melihat air matanya mulai meleleh dipipinya “Bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi kesekolah takut diejek oleh teman2 sekelasnya. Nah, Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya
yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia." Aku berdiri terpaku dan tidak terasa air mataku meleleh. Malaikat kecilku tolong ajarkanku tentang arti sebuah kasih.
Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya,namanya Sindu tampak ketakutan air matanya mengalir. Di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice). Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada "cooling effect".
Aku mengambil mangkok dan berkata, "Sindu sayang, demi Ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama Ayah."
Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku. Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata, "Boleh ayah akan aku makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok, tapi semuanya akan aku habiskan, tapi aku akan minta..." Agak ragu2 sejenak... "...Akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaanku?"
Aku menjawab, "Oh pasti sayang". Sindu tanya sekali lagi, "Betul Ayah?". "Yah pasti.." sambil menggenggam tangan anakku yang kemerahmudaan dan lembut sebagai tanda setuju. Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama,istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, "Janji!" kata istriku. Aku sedikit khawatir dan berkata: "Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang."
Sindu menjawab,"Jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok."
Kemudian Sindu makan dengan perlahan-lahan. Dan kelihatannya sangat menderita
dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya. Setelah Sindu melewati penderitaannya dia mendekatiku dengan mata penuh harap.Semua perhatian (aku ,istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.
Ternyata Sindu mau kepalanya DIGUNDULIN! Istriku spontan berkata, "Permintaan gila, anak perempuan dibotakin,tidak mungkin!" Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV. Dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita.
Aku coba membujuk: "Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain?Kami semua akan sedih melihatmu botak." Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, "Tidak ada 'yah, tak ada keinginan lain," kata Sindu.
Aku coba memohon kepada Sindu, "Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami.” Sindu dengan menangis berkata, "Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya aku menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan aku kenapa Ayah sekarang mau menarik perkataan Ayah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala ) untuk memenuhi janjinya raja real memberikan tahta, kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri."
Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "Janji kita harus ditepati." Secara serentak istri dan ibuku berkata, "Apakah aku sudah gila?" "Tidak," jawabku, "Kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri." "Sindu permintaanmu akan kami penuhi."
Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus. Hari Senin aku mengantarnya ke sekolah. Sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku sambil tersenyum. Aku membalas lambaian tangannya. Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak, "Sindu tolong tunggu saya." yang mengejutkanku ternyata kepala anak laki2 itu botak aku berpikir mungkin "botak" model jaman sekarang.
Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata,"Anak anda, Sindu benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia."
Wanita itu berhenti berkata-kata, sejenak aku melihat air matanya mulai meleleh dipipinya “Bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi kesekolah takut diejek oleh teman2 sekelasnya. Nah, Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya
yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia." Aku berdiri terpaku dan tidak terasa air mataku meleleh. Malaikat kecilku tolong ajarkanku tentang arti sebuah kasih.
0 Komentar:
Posting Komentar