PANGKAS PENDEK KARENA KETRIMA DI PABRIK FARMASI

Tiga bulan sudah.  Pengalaman mendebarkan yang kami alami dengan bapak tua yang nyaris menghabisi rambut istriku.  Dalam kesempatan-kesempatan berdua, kami berdua masih sering mebicarakannya.

Harus kuakui hasil potongan bapak itu memang rapi.  Rambut istriku yang agak tebal tidak mudah untuk ditata. Namun bapak itu dapat memotongnya pendek dengan rapi.  Bahkan saat ini potongan rambut istriku masih terlihat rapi.

Walaupun karena cepatnya pertumbuhannya, kini rambutnya mulai terlihat “gondrong".  Bagian belakang rambutnya sudah melewati krah bajunya.

Kami merasa sudah waktunya untuk merapikan rambut istriku.  Kami ingin kembali ke bapak tua itu. Kami sebenarnya kasihan melihat keterbatasannya.  Pasti tidak mudah baginya untuk menjalani profesinya dengan kekurangan fisik seperti itu.  Sejak peristiwa itu aku telah beberapa kali datang ke sana sendiri untuk potong rambut.  Memang agak susah menjelaskan keinginanku, namun aku toh puas dengan hasil karyanya.  Selama itu nampaknya kuperhatikan, nampaknya ia tidak punya terlalu banyak pelanggan. Memang perlu kemampuan extra untuk berkomunikasi dengannya. Mungkin itu yang membuat orang enggan potong rambut disana.

Setelah beberapa kali berdiskusi, istriku sepakat untuk kembali memotongkan rambutnya disana.  Kami ingin membantunya.  Hanya kali ini kami mempersiapkan diri dengan membawa potongan gambar disebuah majalah wanita.  Wanita dalam gambar itu adalah istri seorang selebriti pria yang cukup terkenal.  Rambutnya pendek, namun feminin. Agak bob, namun bagian belakangnya di trap cukup tinggi.  Nampaknya ini model yang sedang trendy saat ini.  Ada fotonya dengan pose dalam beberapa posisi.  Jadi cukup jelas menggambarkan potongan rambutnya.


Kami yakin gambar ini dapat menjembatani kekurangan dalam komunikasi kami.

Hari sabtu sore, kami sudah bersiap-siap.  Anak-anak kami sedang tidur siang.  Dan mbak pengasuh mereka sudah cukup mampu menjaga mereka berdua.

Kami berangkat agak siang.  Sekedar mengantisipasi, siapa tahu ada orang yang juga akan memotong rambutnya disana.

Aku mengendarai mobilku dengan santai. Karena lalu-lintas tidak terlalu ramai, sebentar saja kami sudah sampai.  Langsung saja mobilku kuparkir di depan kedainya.  Kedai itu kosong.

Kami langsung masuk.  Seperti dulu, kedai itu bersih sekali.  Belum nampak potongan rambut disudut ruang tempat bapak itu menumpuk rambut istriku dulu.  Nampaknya hingga siang hari ini pun ia belum memperoleh pelanggan.

Istrinya keluar lebih dulu. Menyapa kami ramah. Ia mengenaliku sebagai salah satu pelanggan suaminya. Sambil memberitahu bahwa mereka berdua hendak pergi ke tetangganya yang ada hajatan, segera setelah suaminya melayani kami. Tak lama kemudian suaminya keluar.

Dengan senyum lebarnya ia menyapa kami.  Aku langsung menunjuk istriku.  Istriku langsung menunjukkan gambar yang di bawanya. Bapak itu mempelajarinya dengan seksama. Sesekali memperhatikan rambut istriku, lalu mengangguk mantap.

Istriku pun melangkah ke kursi pangkas, menaiki stepnya dan dengan yakin duduk disana. Seperti biasa aku langsung menyiapkan kameraku. Kali ini istriku tersenyum padaku. Tidak ada ekspresi kuatir diwajahnya.

Setelah menutup tubuh istriku dengan kain putihnya, ia langsung mengambil sisir dan gunting. Setelah beberapa kali menyisiri rambut istriku, ia segera memulai pekerjaannya.

Dengan seksama ia mulai memotong rambut istriku. Pelan tapi pasti rambut ‘gondrong’ istriku dibuangnya.  Perlahan potongan rambut istriku berubah menyerupai foto di gambar itu.  Sistematis sekali caranya. Melihat ia melakukan itu rasanya aku pun dapat melakukannya sendiri.

“Ma, kayaknya papa juga bisa deh motong rambut model gini", kataku.

“Ya, ntar kapan – kapan papa aja yang motong",  jawabnya.

Aku sudah sering memotong rambut istriku.  Hanya, kami melakukan nya di rumah, dengan peralatan seadanya.


Kami saling berbincang dengan santai. Toh bapak ini tak bisa mendengar kami dengan jelas.

Sebentar saja pekerjaannya sudah selesai.  Kali ini istriku tersenyum melihat hasilnya. Ia menoleh kekiri dan ke kanan melihat hasil karya bapak itu di cermin. Bapak itu bersiap untuk membuka kain penutup tubuh istriku.  Ketika tiba-tiba istrinya masuk dari pintu depan. Dan memberitahu bahwa acara di tetangganya sudah mulai.

Aku mempersilahkan ia berangkat bersama suaminya.

“Biar saya bersihkan istri saya bu. Ibu berangkat saja sama bapak" jawabku sambil membayar bapak itu.

“Nanti pintunya ditutup aja mas", katanya.

“Baik bu" jawabku.

Akhirnya mereka meninggalkan kami berdua disini.

Istriku masih duduk di kursi pangkas, dengan balutan kain putihnya. Potongan rambutnya masih berserakan disekujur tubuh dan disekeliling kursi pangkas itu. Namun tak sebanyak potongan rambutnya dulu ketika pertama kali datang ke sini.

Sementara aku berdiri dibelakangnya.


“Saya pendekkan lagi mbak?" ucapku menggodanya, berlagak menjadi tukang cukur.

“Silahkan pak, terserah bapak", jawabnya memancingku.

Aku mengambil gunting dan mulai mengguntingi bagian bawah rambut istriku.

Membuat nya lebih pendek.

“Tak clipper ya ma?" ucapku sambil meraih clipper bapak itu.

Istriku tertawa dan berkata “ya, tapi hati-hati ya. Kalau salah kan langsung fatal".

Kemudian aku mengambil clipper, dan menggunakananya untuk memendekkan trap pada bagian belakang rambutnya. Tapi aku tak berani memotongnya terlalu pendek. Takut merusak hasil karya bapak tadi.

Istriku tertawa melihat kelakuanku.

Tiba-tiba seorang wanita muda berdiri di pintu masuk.  Melihat kami berdua, lalu duduk di kursi tunggu sambil berkata “mau potong pak". Aku dan istriku saling berpandangan.  Ia yang lebih dulu berkata padaku," itu lho mas, ada pelangganmu datang", katanya menggodaku. Aku terkejut. Nampaknya wanita itu mengira aku adalah tukang cukur disini.

“Gimana ma?" tanyaku bingung.

“Udah potong aja. Ntar uangnya kasih ke bapak tadi".

Aku kemudian membuka kain penutup istriku. Membersihkan tubuhnya. Dan iapun turun dari kursi.


Wanita itu berdiri dan langsung melangkah menuju kursi pangkas. Dengan yakin ia menaiki step dan langsung duduk di kursi itu menggantikan istriku.

Dengan gugup aku bertanya,"potong gimana mbak? Saya tidak biasa memotong rambut perempuan". Aku tidak bohong.  Satu-satunya pelangganku hanyalah istriku.  Itupun aku tidak pernah memotong rambutnya terlalu banyak. Paling hanya merapikan saja.

“Pendek saja pak", jawabnya.

“Saya baru diterima kerja di pabrik Farmasi di desa sebelah. Peraturannya disana rambut karyawan perempuan harus pendek. Tidak boleh kena krah baju, dan telinga harus kelihatan." katanya.  Terserah bapak mau dipotong seperti apa", katanya.

“Tapi cepat ya pak, saya buru-buru" tambahnya lagi.

Wanita muda ini cantik.  Rambutnya panjang melewati bahu. Tebal dan hitam seperti rambut istriku.   Kulirik istriku. Ia tersenyum lalu mengambil kameraku.

Ini kesempatan emas buatku. Namun aku gugup sekali. Aku berusaha menenangkan diri dengan sedikit mengulur waktu.  Aku mengambil sebuah sisir dari meja, menyerahkan padanya dan berkata, “disisir dulu mbak rambutnya".

Tapi ia menjawab, “ langsung dipotong saja pak. Saya sudah rela kok. Yang penting saya sudah dapat kerja",  jawabnya seolah memahami isi pikiranku.

Kuberanikan diri melayaninya. Aku tak ingin kesempatan emas ini terbuang begitu saja. Kapan lagi ada wanita yang mau menyerahkan rambutnya untuk dipotong seorang barber amatir seperti aku.

Kuambil kain putih yang tadi digunakan untuk menutup tubuh istriku. Kuletakkan dipangkuannya, lalu kutarik kebelakang. Ia meraih rambutnya ke depan agar tak terjepit balutan kain. Setelah itu kujepit kain itu dilehernya.

Aku mengambil sebuah sisir besar dan mulai menyisir rambutnya.  Kulakukan perlahan lahan sambil membuang perasaan nervousku.

Ketika aku merasa mulai bisa mengendalikan diri, aku mengambil gunting terbesar yang ada di meja panjang. Dan bertanya padanya “potong pendek ya mbak?"


Dan ia menangguk. Lalu menjawab , “tapi saya buru-buru. Jadi tolong motongnya agak cepat ya pak", tambahnya.

“Pakai itu saja pak, biar cepat kayak mbak tadi", katanya lagi sambil menunjuk clipper dan melirik ke arah istriku.

Bukan main. Ini namanya ‘Dream come true’.  Kulihat istriku di cermin. Ia berdiri dibelakangku, merekam semua yang terjadi dengan kameraku, sambil tersenyum lebar.

Ia mendekatiku dan berbisik, “udah langsung di clipper aja.  Wong dia juga gak perduli kok", katanya pelan sambil tersenyum. Sementara wanitu itu sudah menundukkan kepalanya. Seolah pasrah dan mempersilahkan ku untuk mulai mencukur rambutnya.

Kuambil clipper yang tergantung di meja.  Aku memilih attachment terpanjang yang ada. Menghidupkannya, lalu aku menyelipkan clipper itu dilehernya. Dan perlahan mendorongnya naik.

Dengung khas clipper itu langsung berubah ketika mulai membabat rambut wanita itu.  Rambut panjangnya langsung berjatuhan dikakiku. Aku mendorong clipper itu sampai pertengahan kepalanya.


Rambut dikepalanya kini hanya sekitar 4 centi panjangnya. Kulihat wanita itu diam saja. Kemudian ia mengangkat kepalanya. Dengan tanpa ekspresi ia mengangkat tangan kanannya, dan meraba bekas potongan clipper di kepalanya.

“Kurang pendek pak", katanya.

Aku terkejut. Sementara kulirik istriku, ia tersenyum lebar, sambil terus merekam semua yang terjadi.

Aku meneruskan pekerjaanku. Nanti saja kupendekkan lagi, pikirku. Kembali aku mencukur rambut disebelah jalur clipper tadi. Rambut panjangnya kembali berjatuhan di kakiku. Rambutnya tebal juga. Repot aku dibuatnya. Kuteruskan pekerjaanku. Dan sebentar saja rambutnya sudah berubah pendek.

Kembali ia meraba rambutnya, dan berkata,"nanti dipendekkan lagi ya pak. Biar ringkes kalo dipakai kerja".

Aku hanya mengangguk.  Kemudian pindah ke sebelah kanannya.  Kuletakkan clipper itu didepan telinganya. Dan kudorong naik. Rambut panjangnya berjatuhan dipangkuannya. Ia memandang semua itu dengan tanpa ekspresi.  Ketika kuangkat clipperku, ia meraba bekas potongan clipper itu. Lalu berkata “ yang atas segini juga ya pak.  Tapi yang lain dipendekkin lagi".

Bukan main. Dengan semangat langsung saja aku meletakkan clipper itu di dahinya. Kulihat ia memejamkan matanya.  Kutahan kepalanya dengan tangan kiriku. Lalu kudorong clipper itu kebelakang.  Potongan rambutnya berjatuhan di wajahnya dan di pangkuannya. Ketika membuka matanya, ia tersenyum.

Aku melanjutkan pekerjaannku.  Rambut diatas kepalanya sedikit-demi sedikit berubah pendek.  Sementara potongan rambut dipangkuannya semakin tinggi.


Melihat sikapnya yang seolah tidak perduli, aku memberanikan diri untuk menjalankan clipper itu di sekujur kepalanya. Sengaja kupercepat pekerjaanku. Aku tak mau bapak tukang cukur itu melihatku.  Rambut wanita itu sebentar saja sudah selesai kupendekkan.

Aku mengganti attachment di clipper itu. Dengan yang lebih pendek. Lalu kembali memotong rambut dibelakang kepalanya.

Tarnyata tidak sukar menggunakan alat ini. Namun memang perlu keterampilan, ketenangan dan ketelatenan.  Kuteruskan pekerjaanku di kedua sisi kepalanya.

Kemudian kulepaskan attachmentnya. Clipper itu kugunakan untuk merapikan bagian bawah rambutnya.  Sedikit demi sedikit.

Ketika aku merasa cukup, kumatikan clipperku.  Ia tampak memperhatikan hasil karyaku.  Kemudian tersenyum puas. dan berkata “cukup pak".

Kulepaskan jepit di lehernya, kubuka kain penutup tubuhnya.

Kemudian kutarik kain putih itu dan menjatuhkan potongan rambutnya dilantai.


Dengan cepat ia berdiri dari kursinya. Memberiku sejumlah uang seperti tertera di daftar tarif yang tergantung di kaca. Dan melangkah cepat keluar sambil mengucap terima kasih.  Kulihat ia diluar menghentikan angkutan umum, menaikinya dan berlalu.

Aku masih memegang uang yang diberikannya. Ketika istriku menepuk pundakku, “hei, malah bengong “ katanya.

“Udah yuk, ntar keburu bapak tadi datang", katanya sambil mematikan kamera dan menyimpannya.

Aku memasukkan uang yang diberikan wanita tadi ke dalam laci dibawah meja panjang. Lalu aku mengambil sapu, dan mulai menyapu potongan rambut wanit tadi. Banyak juga rambutnya yang kupotong.  Kukumpulkan potongan rambutnya di sudut ruang kedai itu.  Sepintas kulihat gundukan potongan-potongan rambut panjang itu.

Dan berjalan keluar menyusul istriku.

Diluar kami berpapasan dengan bapak tukang cukur dan istrinya. Setelah saling menyapa kami masuk mobil. Dari mobil kulihat bapak itu tertegun melihat tumpukan potongan rambut panjang yang ada di sudut kedainya. Ia melihat kearah kami, lalu kembali menatap potongan rambut tadi.  Ia nampak heran dari mana potongan rambut sepanjang dan sebanyak itu.  Ketika ia membuka laci, lagi-lagi ia nampak terkejut. Mungkin melihat uang yang tadi kuletakkan disana.

Aku dan istriku hanya saling memandang dan tersenyum.

5 Komentar:

Anonim mengatakan...

mantap........saya juga sering liat video fetish, rapada dll, liat video or gambar nya dong istrimu dan peg farmasinya....ke tomy.ebtha@gmail.com ya.....

Vicky mengatakan...

liat video or gambar nya dong istrimu dan peg farmasinya....ke Vq_thefaster@yahoo.com ya.....

qno232 mengatakan...

Wooowww amazing,boleh liat video dan pic istrimu sekaligus pegawai farmasi itu ke qno232@yahoo.com

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Ada yang mau motongin rambut panjang saya seperti itu?

Posting Komentar