Adalah Nurul Anisa (10 tahun) putri pasangan suami istri Duse dan Hani warga Kampung Bojong, Desa Sukamantri, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Nurul yang masih duduk di bangku kelas I SDN I Cipacing harus mengalami perlakuan kasar dari bapaknya dan Epi, ibu tirinya. Tak hanya itu saudara-saudara tirinya juga galak. Nurul sering berpuasa karena jarang diberi makan dan uang jajan oleh orangtuanya.
Tak tahan diperlakukan demikian, Nurul lari dari rumah diantar seorang warga dan melapor ke Polsek Ciawi, Senin (25/1). Pengakuan Nurul, sejak bapaknya yang berprofesi sebagai tukang goreng ayam berpisah dengan ibunya, si bapak menikah lagi dengan Epi. Dari sana ia kerap mendapatkan tindakan kekerasan.
Nurul harus menahan rasa sakit yang luar biasa. Betapa tidak, punggung dan tangannya pernah dipukuli dengan gagang golok oleh bapaknya hingga mengalami luka lebam. Bahkan rambutnya digunduli ibu tirinya. Perlakuan tersebut sudah sering dilakukan tanpa alasan. Nurul juga tidak pernah diberi uang jajan ketika akan berangkat sekolah atau main dengan teman-teman sebayanya. Jika teman-temannya jajan maka ia hanya bisa melihat sambil menahan rasa ingin.
Nurul masih ingat terakhir kali ia disiksa pada Senin (25/1) sekitar pukul 06.00 WIB. Ia hendak mandi untuk persiapan berangkat sekolah. Namun, Nurul melihat adik tirinya yang baru berusia sekitar 2 minggu tertidur dengan kepala agak miring. Ia hendak membetulkan posisi kepala adiknya yang miring. Di saat bersamaan, Epi, ibu tirinya datang. Langsung saja Nurul dibentak-bentak. Pipi mulusnya dipukul hingga lebam. Tak kuat menahan siksaan, Nurul kabur dari rumah. Ia bertemu H Sahidin dan menceritakan apa yang dialaminya. Selanjutnya Sahidin mengantar Nurul ke Polsekta Ciawi.
Hingga berita ini diturunkan, polisi belum melakukan pemanggilan terhadpa orangtua dan ibu tiri Nurul. Untuk sementara Nurul tinggal rumah anggota Polsek Ciawi karena mengalami shok dan menolak untuk kembali ke rumahnya, kecuali ke rumah neneknya di Bandung.
Hj Ipah, guru Nurul, membenarkan jika ia selalu mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orangtuanya. Dikatakan Ipah, sebelumnya Nurul sekolah di Bandung. Karena kondisi rumah tangga orangtuanya kurang harmonis, ia jadi terlantar hingga harus keluar masuk sekolah. Bahkan, untuk mendapatkan uang jajan Nurul terpaksa harus mengamen dengan menggunakan botol minuman mineral yang diisi pasir.
Tak tahan diperlakukan demikian, Nurul lari dari rumah diantar seorang warga dan melapor ke Polsek Ciawi, Senin (25/1). Pengakuan Nurul, sejak bapaknya yang berprofesi sebagai tukang goreng ayam berpisah dengan ibunya, si bapak menikah lagi dengan Epi. Dari sana ia kerap mendapatkan tindakan kekerasan.
Nurul harus menahan rasa sakit yang luar biasa. Betapa tidak, punggung dan tangannya pernah dipukuli dengan gagang golok oleh bapaknya hingga mengalami luka lebam. Bahkan rambutnya digunduli ibu tirinya. Perlakuan tersebut sudah sering dilakukan tanpa alasan. Nurul juga tidak pernah diberi uang jajan ketika akan berangkat sekolah atau main dengan teman-teman sebayanya. Jika teman-temannya jajan maka ia hanya bisa melihat sambil menahan rasa ingin.
Nurul masih ingat terakhir kali ia disiksa pada Senin (25/1) sekitar pukul 06.00 WIB. Ia hendak mandi untuk persiapan berangkat sekolah. Namun, Nurul melihat adik tirinya yang baru berusia sekitar 2 minggu tertidur dengan kepala agak miring. Ia hendak membetulkan posisi kepala adiknya yang miring. Di saat bersamaan, Epi, ibu tirinya datang. Langsung saja Nurul dibentak-bentak. Pipi mulusnya dipukul hingga lebam. Tak kuat menahan siksaan, Nurul kabur dari rumah. Ia bertemu H Sahidin dan menceritakan apa yang dialaminya. Selanjutnya Sahidin mengantar Nurul ke Polsekta Ciawi.
Hingga berita ini diturunkan, polisi belum melakukan pemanggilan terhadpa orangtua dan ibu tiri Nurul. Untuk sementara Nurul tinggal rumah anggota Polsek Ciawi karena mengalami shok dan menolak untuk kembali ke rumahnya, kecuali ke rumah neneknya di Bandung.
Hj Ipah, guru Nurul, membenarkan jika ia selalu mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orangtuanya. Dikatakan Ipah, sebelumnya Nurul sekolah di Bandung. Karena kondisi rumah tangga orangtuanya kurang harmonis, ia jadi terlantar hingga harus keluar masuk sekolah. Bahkan, untuk mendapatkan uang jajan Nurul terpaksa harus mengamen dengan menggunakan botol minuman mineral yang diisi pasir.
0 Komentar:
Posting Komentar